Agustus 20, 2008

( Pengakuan )

Seseorang datang padaku hari ini, kami bercerita banyak hal. Tentang kabar, kesehatan, makanan dan tentu saja masalah asmara. Gurauan mengalir begitu saja, senang rasanya memiliki tempat bertukar pandangan.

Sahabatku berkata dia bahagia sekali 3 hari berurut-turut dengan seseorang yang dia sukai, ya... 3 hari berturut turut. kesempatan langka ini tak mudah di jumpai karna mereka memang berbeda kota tempat tinggal. Semuanya begitu indah hingga di hari terakhir pertemuan mereka ada sau hal yang membuatnya tersentak.

Saat itu mereka sedang berdua saja, makan malam bersama. Tiba tiba orang tua dari pria itu menelepon anaknya, bertanya sedang dimana dan dengan siapa? Sang mama tentu saja sudah tahu anaknya pergi dengan sahabat saya tapi namanya juga seorang mama mungkin senang menggoda anaknya yang di kira asmaranya sedang "bersemu merah"

Tapi jawaban yang terlontar dari mulut pria tersebut sama sekali tidak di duga. Dia menjawab " Alone " bahkan sampai sang mama memastikannya lagi dia masih "kekeuh" menjawab " saya sedang sendirian "

Saat sahabat bercerita pada saya, hati ini ikut merasakan sakit. Sakit akan kepedihan dari sebuah pengakuan tak terlontar. Begitu sulitkah mengatakan " Sedang bersama teman / seseorang jika memang tidak mau menyebutkan namanya???" Sulitkah?

Apakah pengakuan ini sama sekali tak berharga di mata pria tersebut. Lalu jika dia berkata sendiri, berarti sahabatku memang tak nampak baginya. Bagaimana bisa orang lain menghargai dia jika dia tidak menghargai orang lain?

Jika terlahir sebagai laki-laki maka bersikaplah sebagai laki-laki....

Tidak ada komentar: