Agustus 15, 2008

Cerpen : " Balerina Cilik "


Papa menggandengku ke sebuah toko pakaian di pusat kota.. Mataku berbinar melihat jejeran busana terpajang disana.. “Ada yang bisa di bantu pak? Mau cari baju untuk siapa?” Sapa pegawai toko dengan ramah… “ Begini mbak, anakku mau ikut pementasan balet.. Ada kan?” tanya papa harap-harap cemas. Ini sudah ke 4 kali nya papa mengajakku membeli baju balet tapi tak jua kami dapatkan…

“ Tentu saja ada pak, silahkan ikut saya “ Aku mengikuti langkahnya sambil berlari kecil, membayangkan aku akan tampil di depan teman sekolah dan guru-guruku.. pasti akan sangat menyenangkan sekali.. Usiaku memang baru 8 tahun saat itu.. Kalau orang bilang, masih di anggap anak kecil.. Tapi untungnya, papa tak memberiku banyak waktu untuk bersantai.. ada banyak kursus harus ku ikuti, diantaranya bahasa inggris, balet, dan piano.

Setelah puas memilih dan mencoba.. memeluk papa erat-erat, tentu karna senang berhasil mendapatkan baju balet yang ku inginkan.. atasan warna merah jambu, rok mekar warna putih dan sepatu balet putih.. Sepanjang perjalanan, aku membongkar kantong pembungkus bajuku tadi.. membolak balik baju dan mencoba lagi sepatunya.. sungguh tak sabar menunggu hari pementasan tiba. “ Sudah Jane, di simpan kembali yah.. nanti rusak loh kalau tidak sengaja.. kan sayang..” papa menegurku pelan.. Aku menganggukkan kepala, melipat dan memasukkannya kembali ke kantong..

Aku hanya punya waktu lima hari sebelum pementasan tiba, bila masih ada waktu senggang maka latihan ku lanjutkan di rumah.. mempersiapkan segalanya, aku ingin memberi tampilan terbaik pada pementasanku yang pertama.. meskti tak dapat ku pungkiri, ketegangan dan rasa gugup seakan mencekik leher.. tapi aku lekas bercermin dan meyakinkan aku pasti bisa..

“Kak, ayo main layangan.. “ Rengek Dave padaku.. Aku menolak, karna aku masih mau latihan.. “Kak Jane jahat…. Ayo temani aku kak..” Dave hampir menangis.. Aku tak tega membiarkan adikku ini main sendirian juga.. “Iya deh, ayo kita main tapi sebentar saja yah.. Adik kan harus mengerjakan PR juga.. Belum selesai kan? Hayooo… nanti diomeli mama loh”

Cuaca sedang sejuk, karna musim hujan sebentar lagi tiba.. Aku tak bisa main layangan jadi hanya menjadi pemegang gulungan senar saja.. “Mundur kak, mundur.. lagi.. lima langkah lagi” teriak Dave padaku.. “iyaaa… ini juga dah mundur..” Balasku padanya

Tak lama, layangannya di sambar layangan orang lain.. Putus… Dave menangis kencang.. Hua……. Aku ikut panik.. ( Dalam hati tentu tak rela layangan adikku putus begitu saja. Kami tak menyambar layangan orang lain, kenapa punya kami yang jadi sasaran? )

“Kak……. Itu lihat, layanganku tersangkut di pohon Pak Uci… Ambilkan kak… “ Dave berteriak lagi.. Lekas kami kembali ke rumah, menuju halaman belakang dan mengambil tangga kayu. Perlahan ku letakkan di batang pohon.. setelah menggoyangkan tangga sebentar aku memanjatnya perlahan.. Tiba di atas, aku mengira-ngira apakah tanganku cukup untuk menggapainya.. “Terlalu jauh, ambilkan kakak ranting di ujung sana….” Sambil menunjuk ranting yang ku maksud.. Akhirnya…….. setelah berjuang hampir setengah jam, aku berhasil menggapai tali layangan tersebut.. “Kakak dapatkan untukmu..” Teriakku girang..

Tiba-tiba aku merasa semuanya berputar, lalu gelap…….. Saat aku membuka mata, ku lihat papa tertidur di samping ranjang.. Aku dimana? Pikirku dalam hati.. Kenapa aku disini? Aku menangis, kakiku sakit sekali.. Mungkin papa mendengar jeritan lirihku, papa terbangun dan mengusap kepalaku.. “Jane, masih ingat papa kan? Jane tahu kan?” Wajahnya melukiskan kecemasan yang teramat sangat.. “Jane, jawab… Jane ingat semuanya kan? Ingat papa kan?”

Aku tersenyum, dan memanggilnya.. Lekas papa berlari menuju pintu kamar dan memanggil suster.. Setelah aku mulai sadar sepenuhnya, papa menggenggam erat tanganku dan memberitahukanku… Ternyata………. Aku telah terjatuh dari tangga… Kaki kananku patah.. Dan aku tak bisa mengikuti pementasan balet yang selama ini ku impikan… Airmata membasahi kedua pipiku..

Aku menangis seharian, membayangkan ada satu tempat kosong di panggung tanpa kehadiranku… Membayangkan riuhnya gempita pementasan, mengingat alunan musik yang membangkitkan tangan dan kaki untuk bergerak.. Kini, akan butuh waktu lama untuk menyembuhkan kaki kanan-ku.. Paling cepat setahun…

Dan….. sejak itulah Jane kecil mulai belajar… Apa yang di kehendaki manusia tak akan terjadi jika bukan kehendak-Nya…

Tidak ada komentar: