September 08, 2008

Cerpen: " Pahitnya Kenyataan "

“Deaaaaaaaaaaa…. kemarin aku liat pacarmu jalan di mall sama yang lain. Agak blaster gitu deh. tapi masih lebih cantik kamu koq” celoteh Tina sambil mengunyah kacang mede goreng. Aku hanya tersenyum, menandakan aku tak percaya ucapannya. Bagaimana tidak, tahun lalu dia berkata melihat kakakku di dekat rumah padahal saat itu kakak sedang di luar kota, beberapa bulan lalu dia bilang menjumpai Vena ( sahabat kami juga ) candle light dinner dengan seorang pria padahal Vena sedang terbaring di Rumah Sakit karna demam berdarah, minggu lalu juga dia berkata melihatku di pantai padahal aku sedang bersantai di rumah… Lalu sekarang dia bilang Nicky sama wanita lain???

Aku mengacuhkannya, sepertinya Tina terlalu sering menonton berita dan gossip hingga mempengaruhi perilakunya. “Mau makan siang bareng, Tin? Tapi tolong jangan cekoki aku dengan berita anehmu itu lagi yah. Lagi pusing nih, kerjaan belum kelar. Mana cicilan mobil udah mau jatuh tempo pula. Setuju?” Tina menganggukkan kepala lalu menarik tanganku. “Ayo makan, lapeeer.. Cepet dong..”

Sepanjang perjalanan, Tina melupakan perjanjian kami. Dia masih saja mengoceh tentang berita yang dia dapatkan beberapa minggu terakhir ini. “Tahu gak kalau ternyata Eka, pacarnya Nico itu ternyata selingkuh sama manager di kantornya. Kelabrak sama Nico langsung. Habislah Eka di putusin. Terus Roni minggu lalu ngelamar Ocha cuma gagal gara-gara neneknya sakit.. Masuk akal gak seh kalau neneknya mendadak sakit? Mereka kan memang udah renggang dua bulan ini. Makanya aku bingung koq bisa ada acara lamaran. Roni sengaja kali yah”

Aku jadi jengah, sedikit ketus ku katakan padanya.. “Benar atau salah, masuk akal atau gak ya itu urusan mereka. Ngapain sih di pusingin? Masih banyak yang harus kita pikirin dan bukan masalah orang lain. Paham??”

Tina terdiam sejenak, lalu melanjutkan ucapannya kembali “Tapi soal Nicky aku berani jamin ko, dia gandengan mesra sama cewe blaster. Sueeeeeeer.. Susah juga ngomong sama kamu. Selalu saja mikirin perasaan orang lain. Ntar beginilah ntar begitulah” Aku memang seorang yang selalu positive thinking.. Aku tak akan begitu mudah di pengaruhi hanya dengan ucapan. Jadi kuputuskan untuk percaya sepenuhnya pada kekasihku..

Dan saat aku kembali ke kantor, sepucuk surat tergeletak di mejaku.. Tertulis diatas kertas putih, “Aku rasa kamu sudah banyak mendapat cerita dari teman-temanmu yah hanya saja kamu terlalu bodoh untuk menutup mata dan telingamu. Maaf, aku tak pernah berani mengakui kesalahanku secara langsung karna aku tak pernah mau melihat airmata menetes dari matamu yang teduh. Hubungan kita berakhir sampai disini saja yah.. Mulai detik ini, buang aku jauh-jauh dari pikiran, hati, cinta dan mimpimu. Kelak saat kita bertemu lagi, anggap saja kita tidak saling kenal. Jangan pernah bertanya karna ini memang sepenuhnya kesalahanku. Hanya kesalahanku. Aku akan sangat berbahagia jika kau melakukan itu kepadaku. Ini kulampirkan sebuah surat undangan. Undangan pernikahanku dengan Felicia, tapi jangan hadir di sana. Jika kamu hadir maka aku akan membatalkan pernikahanku. Selamat tinggal, Dea..…”

Surat itu benar-benar menghancurkan semua impian dan harapanku. Hubungan yang ku bangun bersama doa dan cinta tulus kini harus runtuh kembali. Ntah sampai kapan airmataku akan berhenti mengalir. Seribu pertanyaan menggantung di atas langit hatiku, Kenapa? Apa salahku? Mengapa? Siapa Felicia? Dimana mereka bertemu? Kapan? Bagaimana mungkin? Tapi, bukankah Nicky bilang dia akan bahagia jika jauh dariku. Jadi, sejumlah pertanyaan itu kusimpan rapat-rapat. Selamat tinggal cintaku untuk Nicky.. Selamat tinggal dan jangan pernah berharap untuk kembali lagi.. Pintu hatiku tlah tertutup untukmu..

September 02, 2008

" Bahasa Hati "

Hati bersukacita menyentuh dunia
Penuh warna membiaskan cahaya
Bulan dan malam saling menggoda
Bintang menari memantulkan cinta

Kelopak bunga saling memuja
Taburkan keharuman tiada tara
Terukir setia pada bingkai pesona
Diantara sejuta rasa yang tercipta

Kepasrahan tertuang dibait-bait doa
Hanya satu yang selalu ku pinta
Mengalirkan rindu dengan sempurna
Biar terjadilah seluruh kehendak-Nya

Cinta menyatukan insan manusia
Memberi sayap bagi selaksa bahagia
Kan terjawab gundah dalam tanya
Dengan hati, kau dan aku bertutur kata