Malam ini bintang bersinar indah, aku terpaku melihat banyaknya bintang. Kucoba menghitung satu persatu tapi aku lelah sendiri. Tepukan lembut di bahu membangunkan aku dari lamunan. “Kak Gie, kenapa belum tidur? sudah malam loh…” tanyaku. Dia menggelengkan kepala, lalu duduk di samping kananku. “Kamu sendiri juga belum tidur kenapa hayooo? Mikirin siapa? Aduh adikku sayang, kamu tambah kurus.. jangan banyak pikiran dong” godanya lagi
Aku tersenyum, memalingkan wajahku dari tatapannya dan bersuara lagi. “Kak, beberapa hari lagi kakak akan pergi dari rumah ini. Aku sedih… “ aku menunduk lagi, menahan air mata agar tak menetes. Ya… kakakku akan segera menikah, dia akan ikut suaminya kemanapun sang suami pergi. Artinya, aku tak akan bertemu dia tiap hari, tak akan menelepon dia untuk sekedar titip beli makanan, tak akan membangunkan dia bila mentari sudah tersenyum… banyak hal yang tak dapat ku lakukan lagi setelah kakak menikah..
Tapi semakin ku pikirkan, air mata semakin tak tertahan lagi. kakak menggenggam tanganku erat, “Jane, jangan menangis yah.. kakak tahu berat bagimu melepaskan kakak pergi. Oh ya, dengar baik baik yah. Jaga kesehatan papa dan mama. Jika ada masalah apa kamu harus memberitahu aku, jangan disimpan rapat-rapat. Kalau ada masalah apapun kamu harus bilang, mengerti? Pokoknya siap-siap saja mulai minggu depan sepulangnya aku dari bulan madu, aku akan mengganggumu tiap malam. Aku telp tiap jam 11 deh. ingat ya.. ada kejadian apa harus laporkan padaku..” selanya lagi
Aku sedikit tersenyum, mendapatkan ide untuk menggodanya. “Kak, kalau di Jepang sana jangan naksir sama sumo yah. Aku takut sama sumo” hahahaha… aku tertawa keras, kak Gie ikut tertawa.. senang melihat tawanya seperti ini..
Lekas kupeluk kak Gie erat-erat, seerat keengganku melepasnya pergi menikah. Tapi aku tahu, bersama kakak ipar dia akan bahagia. sangat bahagia, hanya doa yang mampu menguatkan perpisahan kami.. Tuhan memberkati pernikahan kalian, kak… Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar