Berdiri ku tatap langit malam
Menikmati hembusan jalar angin
Rindukan sang jiwa penebar salam
Bayangmu tersapu udara dingin
Delapan arah mata angin tlah ku sentuh
Bahkan berlari aku pada empat penjuru
Tiap sisi di sudut kota memandang luluh
Mendapati senapan cintaku hampa peluru
Gelap sudah tak mungkin terbaca
Tiada ku lihat bintang menari
Pedihnya luka sungguh tak terkata
Tanpa ku rasa pelukanmu kini
Bersandar aku pada hadir kesempatan
Sentuh dinding nama tuk sekedar menyapa
Tergelitikkah dia akan yang kurasakan?
Berbaring aku pada diam rajutan bahasa
Usap kata yang belum sempat ku tata
Mampukah dia membaca rasa yang ada?
Agustus 15, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar